Opini Public. Media Dinamika Global. Id. -Salah Satu Pemerhati Sepak Bola, mencoba mengupas sepak Bola, dalam Rilisannya menjelaskan bahwa Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak digemari oleh segala kalangan, baik dari anak kecil hingga orang dewasa, baik wanita maupun pria dan dimainkan dari pelosok desa hingga ke tengah kota metropolitan.
Dalam sejarahnya, sepakbola sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu dengan dibuktikan oleh bukti ilmiah yang memperlihatkan di Cina sejak era Dinasti Han ada sebuah olahraga seperti sepak bola yang dikenal sebagai “Tsu Chu” yang bertujuan untuk Latihan fisik para tentaranya.
Sedangkan pada masa sekarang sepakbola pertama kali dikembangkan di negara Inggris. Sepak bola dikenal berawal dari permainan bola sekolah umum di Inggris, kemudian sepak bola berkembang berkat upaya orang-orang pada pertengahan abad kesembilan belas yang mulai membuat beberapa aturan pada klub sepak bola lokal, dan berakhir pada pembentukan asosiasi sepak bola di London, Inggris pada tahun 1863.
Aturan yang dibuat oleh asosiasi tersebut agar para klub dapat bermain tanpa ada perselisihan, membuat aturan khusus seperti bola tidak boleh dipegang menggunakan tangan (kecuali penjaga gawang) dan larangan bermain curang selama pertandingan.
Kemudian pada tahun 1904, berdirilah sebuah organisasi yang menaungi semua asosiasi sepak bola di dunia. Federation Internationale de Football Asociation (FIFA) di Prancis. FIFA memiliki sebuah slogan yaitu “FOR THE GAME FOR THE WORLD”.
Sampai saat ini FIFA memiliki 209 negara yang tergabung di dalam organisasi terbesar sepakbola dunia ini. FIFA memiliki markas di Zurich, Swiss. Sepak bola memiliki sebuah kompetisi terbesar yang paling banyak dinanti dan digemari melebihi Olimpiade, kompetisi tersebut disebut dengan ajang Piala Dunia.
Sepak Bola di Era Modern
Seiring perkembangan zaman, sepakbola juga ikut berkembang. Mulai dari segi permainan, taktik, strategi hingga dalam segi bisnis. Dalam dunia sepakbola era sekarang modernisasi juga sudah memasuki dalam sistem sepakbola dunia, dimana modernisasi sudah mulai mempengaruhi tentang penjualan dan pembelian pemain atau dalam pembangunan internal sebuah klub yang dimana sudah masuk dengan bidang ekonomi yang lebih mengutamakan uang lebih dari segalanya.
Di era sekarang sudah banyak klub kecil yang berganti kepemilikan kemudian berpeluang menggeser klub-klub raksasa eropa untuk masuk kedalam zona kejayaan.
Bahkan banyak sekali klub-klub liga lokal di Indonesia yang lebih mengutamakan mengincar pemain asing dengan nilai pasar pemain yang bernilai fantastis. Hal ini dilakukan selain untuk mendongkrak peforma klub, juga diperuntukkan untuk lahan bisnis para eksekutif klub.
Namun biasanya hal ini cenderung menyebabkan ketimpangan dan persaingan yang tidak sehat antara klub-klub dengan ekonomi yang bisa dibilang cukup kaya, dengan klub yang hanya mengandalkan pemain dari akademi mereka.
Pembelian pemain juga bukan hal yang haram dalam dunia persepakbolaan, tetapi banyak kalangan yang menilai bahwa pemikiran modern bisa saja merusak keindahan sepakbola. Namun dilihat dari sisi positifnya pembelian pemain ini dapat mendongkrak perekonomian klub.
Karena biasanya pemain baru, apalagi pemain dengan berlabel bintang dapat membuat para penggemar klub berbondong-bondong untuk membeli tiket pertandingan, ataupun jersey klub dengan nama pemain tersebut. Dengan pemain berlabel bintang tersebut juga dapat membuat kompetisi liga tersebut menjadi kompetisi yang mewah, dan nama besarnya dapat menjadi magnet bagi kapitalisme dalam mengembangkan praktiknya ke semua penjuru kehidupan.
Kapitalisme dalam sepakbola
Fanatisme dalam sepakbola, pemain serupa selebriti dan kompetisi yang mewah seperti umpan bagi kapitalisme manusia. Kapitalisme sendiri adalah suatu sistem ekonomi yang memberikan kebebasan penuh kepada setiap orang untuk melakukan kegiatan ekonomi dan biasanya bertujuan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya.
Hal inilah yang membuat munculnya streotip masyarakat kalau kapitalisme itu jahat. Sebuah ironi saat mengetahui seluruh kebutuhan hidup seseorang individu tidak lepas dari uang dan mencari keuntungan (Kapitalisme), baik kebutuhan yang bersifat biasa atau sekunder atau kebutuhan pokok (primer).
Kapitalisme sudah merambah kedalam industri olahraga khususnya adalah sepakbola. Dalam sebuah klub, banyak individu atau kelompok yang membentuk kerajaan bisnis dengan hasil yang menjanjikan. Itulah alasan mengapa banyaknya pengusaha yang mencoba terjun kedalam dunia sepakbola dengan cara menanamkan sahamnya pada klub-klub bola di liga tertentu.
Pengusaha kaya raya dunia seperti Syekh Mansour ataupun Roman Abramovich adalah contoh pengusaha yang sukses sebagai pebisnis dibidang sepakbola. Mereka berdua juga membuat klub yang mereka beli menjadi salah satu klub raksasa dan mewah dengan dipenuhi oleh pemain bertaburan bintang.
Sepakbola Eropa sering dianggap sebagai kiblatnya sepakbola. Benua Eropa juga merupakan benua tempat lahirnya paham kapitalis, justru masih memperlakukan pemain sepakbola secara manusiawi. Bahkan federasi sepakbolanya masih ikut andil dalam perkembangan pemain muda lokal berbakat.
Dengan pengembangan bakat pemain muda tersebut, para klub akan mendapatkan keuntungan dengan cara menjual mereka kepada klub yang tertarik dengan pemain tersebut. Akan tetapi segala bentuk kapitalis disana sudah dipantau oleh FIFA dan UEFA, karena landasan kapitalis disana benar-benar mutakhir, sehingga munculnya kesenjangan dapat diminimalisir dengan baik.
Dari beberapa pantauan, akar dari gagalnya penyelarasan keuangan dan kapitalis dalam dunia persepakbolaan adalah saat pembahasan mengenai kontrak pemain. Biasanya dalam pembahasan kontrak yang melibatkan para direksi klub ada banyak aspek yang diperlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan mengenai perpanjangan kontrak tersebut.
Hal tersebut bisa berupa peforma sang pemain atau keuntungan apa yang akan diperoleh oleh klub melalui perpanjangan kontrak tersebut.
Selain sebagai sarana kapitalis orang-orang kaya dunia, sepakbola kini juga merujuk kepada komersialisasi perusahaan-perusahaan besar dengan tujuan sama seperti kapitalis yaitu mencari cuan sebanyak-banyaknya.
Di Dunia, sepak bola juga merupakan salah satu olahraga yang banyak disukai oleh semua kalangan, tidak terkecuali masyarakat Indonesia. Indonesia sendiri memiliki liga dengan kasta tertinggi di sepak bola Indonesia yang diberi nama Liga 1 dan diikuti oleh sekitar 18 klub sepak Bola di Indonesia.
Para perusahaan biasanya menargetkan liga kasta tertinggi suatu negara untuk dijadikan lahan komersialisasi mereka demi mencari cuan keuntungan. Di Indonesia sendiri, banyak perusahaan besar yang mencalonkan diri sebagai sponsor utama dari Liga 1 tersebut. Misalnya, pada tahun 2019, Shopee menjadi sponsor resmi Liga 1 dikarenakan sponsor terdahulunya yaitu Gojek Indonesia mengundurkan diri.
Berbicara soal sponsor, tidak ada ruginya bagi sebuah perusahaan besar jika ingin menjadi sponsor sebuah liga ataupun sponsor sebuah klub. Karena hal itu bisa dijadikan sebuah investasi bagi perusahaan tersebut untuk meraup keuntungan.
Bridgewater dalam artikelnya berjudul football, menyatakan bahwa dalam kesuksesan sebuah klub, dapat dilihat dari sisi penjualan merchandise dan tiket pertandingan.
Hal ini dikarenakan setiap penggemar ingin selalu dekat dengan pemain idolanya dengan cara yaitu membeli setiap barang yang berkaitan dengan pemain idolanya tersebut. Karena hal ini lah setiap sponsor klub berani menggelontorkan dana yang besar untuk klubnya, guna membeli pemain bintang dengan tujuan memperkuat klub dan juga untuk tujuan komersial yang berguna untuk mencari keuntungan perusahaan.
Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa sepak bola yang kita tahu adalah sebuah olahraga dengan penggemar terbesar, di era modern seperti sekarang tidak hanya dipandang sebagai sebuah kegiatan olahraga atau hanya hiburan bagi penggemarnya.
Namun dijadikan sebagai lahan komersial dan produk kapitalis global dengan keuntungan yang menjanjikan. Dengan penggemar terbesar tersebut, mampu mengunggah hati para pengusaha kaya raya dunia untuk terjun ke dalam industri sepak bola tersebut.
Hal seperti membeli pemain bintang untuk klubnya pun seperti memiliki 2 makna, yang pertama adalah untuk memperkuat klub dan yang kedua adalah untuk penjualan merchandise guna mencari keuntungan. Oleh karena itu banyak sekali para perusahaan yang tidak segan untuk berinvestasi dalam bisnis industri ini.
Oleh : Adam Septian Nureza .(***)
0 comments