Foto: Dialog Publik PC PMII Kota Mataram. Dok: Ist. |
Turut hadir dalam agenda tersebut, M. Husni Abidin, Ketua KPU Kota Mataram, M. Yusril, Ketua Bawaslu Kota Mataram, Taupik Hidayat, Ketua DPD KNPI NTB, Ketua Bem UNU NTB, Perwakilan BEM UMMAT, Perwakilan BEM UNRAM, Presma UIN Mataram, dan Kader PMII Se-Kota Mataram.
Ketua PC PMII Kota Mataram, Wahyudin Safari dalam sambutannya, memprediksi politik identitas akan selalu digunakan oleh oknum politisi pada momentum Pemilu. Oleh karena itu, ia mengharapkan dukungan dari semua elemen pemuda dan mahasiswa beserta penyelenggara dalam mencegah politik identitas membias keranah isu sara.
Menurut Wahyudin, Politik identitas yang selalu mengganggu keberagaman, toleransi dan nilai-nilai demokrasi, serta dalam politik identitas pasti ada nilai-nilai sara didalamnya.
"Karena itu saya mengajak seluruh organisasi kepemudaan wabil khusus PMII Mataram menjadi garda terdepan menangkal politisasi SARA, karena dapat menjadi isu yang sangat mudah digunakan, mudah untuk menggerakkan, murah biayanya, dan cepat responnya dalam situasi kita hari ini,"pungkas Wahyudin.
Dalam momentum tersebut, Ketua Bawaslu Kota Mataram, M. Yusril menyampaikan, Acara-acara dialog publik seperti ini membantu BAWASLU untuk mensosialisasikan tentang politik identitas.
"Kami di bawaslu mengaharapkan acara acara seperti ini akan terus ada secara continue, sehingga bawaslu sendiri dapat menyampaikan bahwa politik identitas sangatlah merusak nilai-nilai demokrasi,"Ujar Muhammad Yusril.
M. Husni Abidin Selaku Ketua KPU Kota Mataram, juga memaparkan bahwa, fase politik identitas aka segera hadir, sehingga pemuda harus segera mensosialisasikan kepada masyarakat tentang hal ini, bahkan politik identitas ini tidak boleh dilakukan, politik identitas paling tinggi adalah di tingkat media.
"PMII harus intens mengedukasi internal maupun eksternal (Masyarakat) dan jangan pernah berhenti bergerak dalam mengedukasi diri dan masyarakat,"Tambahnya.
Ketua KNPI NTB, Taupik Hidayat memaparkan bahwa, Media sosial merupakan hal yang paling urgent, politik identitas muncul dari 5 tahun yang selalu dari media, koran berita dan lain-lain. Untuk menangkal itu semua tentu perlu kampanye politik kebangsaan secara masif dan terstruktur, agar menghasilkan pemimpin yang berkeadilan.
"Contoh di era sekarang, tetangganya tidak mau saling sapa, saling membantu hanya karena beda pilihan (Contoh Negatif) meski beda ras, suku dan agama jika mereka Bersatu secara professional maka Indonesia akan menjadi satu meski beda pilihanya. (Contoh Positif),"Ujarnya.
Taupik hidayat juga mengajak peserta dialog untuk Jihad, kontribusi dnegan cara coment yang postif tentang pemilu, dan bisa mendamaikan masalasah-masalah pemilu dari tahun ke tahun,"Tutupnya. (MDG-RED).
0 comments