Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bima Isyra mengatakan, salah satu pemicu utama sehingga puluhan desa berpotensi krisis air karena hutan gundul. Kawasan hutan kebanyakan digunakan masyarakat untuk perluasan penanaman jagung.
Sehingga, mata air di masing-masing puluhan desa semakin berkurang. ”Warga terdampak krisis air sebanyak 23.098 jiwa,” terangnya, Jumat (9/6).
Adapun 39 desa di 11 kecamatan yang berpotensi krisis air, Kecamatan Woha di Desa Samili, Kalampa, Waduwani, Dadibou dan Naru; Kecamatan Wawo di Desa Pesa, Ntori, Kombo dan Raba.
Kecamatan Palibelo di Desa Ragi, Tonggondoa, Panda, Belo, Tonggorisa, Dore, Bre, Ntonggu, Teke, Nata, Padolo dan Roi; Kecamatan Belo di Desa Lido, Ngali, Renda, Cenggu; Kecamatan Donggo di Desa Doridungga, O’0 dan Mbawa.
Kecamatan Soromandi di Bajo dan Kananta; Kecamatan Bolo di Desa Sanolo dan Rada; Kecamatan Madapangga di Desa Madawau, Rade dan Monggo; Kecamatan Monta di Desa Monta; Kecamatan Parado di Desa Parado Rato; dan Kecamatan Wera di Desa Tawali dan Nunggi.
Guna mengantisipasi krisis air ini, BPBD telah melakukan Rapat Koordinasi (Rakor) dengan Pemda Bima dan Pemprov NTB. Pihaknya juga telah menyediakan sejumlah armada yang nantinya akan mendistribusikan air ke warga yang terdampak. “Sekarang kita siap salurkan air jika ada permintaan,” katanya. (SekjendMDG)
0 comments