Mataram-NTB, Media Dinamika Global.Id._ Jika Lombok memiliki tradisi tarung Peresean, Sumba dengan Tradisi Caci yang juga mirip dengan Peresean, Garut dan Swiss dengan tradisi Cow-fight atau adu Kepala Kerbau, maka di Bima terdapat sebuah tradisi tarung yang sangat unik yang disebut Mpa’a Ntumbu.
Tidak jauh berbeda dengan combat de reine atau ringkuhkampf di Switzerland, Mpa’a Ntumbu di Bima juga merupakan sebuah tradisi pertarungan adu kepala, hanya saja mereka menggunakan kepala Manusia, bukan kerbau seperti di Swiss.
Mpa’a Ntumbu biasanya dimainkan oleh dua orang pria (bisa juga terdiri atas beberapa pasang pria) yang berbagi peran sebagai penyerang yang akan membenturkan kepalanya ke kepala pihak yang bertahan. Secara logika keduanya pasti akan merasakan sakit, akan tetapi tidak ada tradisi yang dilakukan tanpa disertai oleh berbagai macam ritual lainnya untuk memberikan proteksi kepada para pemain.
Pada tradisi Ntumbu, sebelum bertanding kedua pemain dan anggota lainnya duduk bersila saling memberikan penghormatan dan masing masing akan dibekali air yang telah dimantrai oleh pemangku adat. Menurut kepercayaan setempat, air mantra tersebut dapat dapat memberikan kekebalan kepada para pemain sehingga ketika beradu kepala mereka tidak merasakan sakit atau cedera.
Konon Mpa’a Ntumbu adalah ajang adu keperkasaan dan sebagai lambang kekuatan para penasihat Ncuhi pada zaman kesultanan Bima.
Tradisi unik ini masih dijaga dengan baik oleh masyarakat Desa Ntori dan Desa Maria yang terkenal dengan Situs Uma Lenggenya di Kecamatan Wawo. Mpa’a Ntumbu biasa dipertunjukkan pada acara penyambutan tamu pada acara pernikahan, antar mahar pernikahan, penyambutan kepala daerah dan kegiatan penting lainnya termasuk acara khitanan.
Pada prakteknya, Ntumbu juga diiringi dengan berbagai macam musik tradisional khas Bima seperti gendang, serunai, gong, dan tawa-tawa.
Mpa’a Ntumbu adalah bagian dari identitas budaya masyarakat Bima atau suku Mbojo yang harus bersama kita pertahankan.
(Surya Ghempar).
0 comments