Opini : Reta Setia Budi (Sekretaris DPC GMNI Kabupaten Bima).
Bima-NTB, Media Dinamika Global.Id.- Suasana Pilkada Bima sudah mulai muncul di permukaan, baik itu dari Ady-Irfan dan Yandi-Ros. Kendati belum di tetapkan sebagai pasangan calon tetap, kedua poros tersebut sudah start pemanasan mesin politik. Ujung dari Pilkada Bima maupun Pilkada Seluruh Indonesia, ialah kalkulasi kuantitatif suara rakyat, dengan strategi-taktik yang variatif.
Strategi-taktik yang di maksud ada yang nampak dan ada pula yang tersirat. Tentunya, itu harus di pikul oleh ide dan gagasan yang brilian dan relevan-kompleks. Dari sini rakyat akan di pertontonkan langsung bagaimana motif calon pemimpinnya, sebelum perhelatan pada bulan November nanti di laksanakan.
27 November (Rakyat Masuk TPS) hanyalah suksesi rakyat yang memegang paku untuk mencoblos kertas suara yang di sediakan oleh Tim KPPS. Oh, hanya coblos kertas pakai paku, lalu apa point dan dasarnya rakyat di suruh-suruh untuk melakukan hal tersebut ?, point dan dasarnya ialah rakyat memiliki hak prerogatif untuk berkontemplasi menilai sepak terjang calon pemimpinnya, dan hasil dari renungan panjang rakyat serta penelusuran perangai terhadap calon pemimpinnya akan di ikrar dan di putuskan pada hari pencoblosan. Inilah cikal bakal lahirnya cinta-benci rakyat terhadap pemimpinnya.
Rakyat butuh deskripsi ide yang jelas dari calon pemimpinnya, bukan air mata dan kalimat memohon-mohon. Posisi Yandi secara de facto Dinasti Politik adalah sebagai Incumbent, karena di belakang dan di atas pundak Yandi, ada nama besar ibunya Indah Dhamayati Putri (IDP) sebagai agen pelahap kekuasaan yang tak berkecukupan. Dengan demikian Yandi tak perlu lagi memohon-mohon menggunakan tagline politik “Siwi Sampe Ngawa”. Seharusnya Yandi malu dengan perlakuan yang tak senonoh itu terhadap rakyat. Bisa rakyat pastikan, selama IDP menjabat sebagai Bupati Bima, IDP tidak memiliki Project yang jelas dalam menata daerah, yang mengakibatkan Yandi harus benar-benar siap mengeluarkan air mata yang banyak (kendati air mata buaya) untuk meyakinkan kembali, rakyat terhadap Dinasti IDP.
Masa-masa Pilkada seperti sekarang jangan mudah terhipnotis oleh Dinasti IDP. Segala macam bala bantuan akan datang dari pihak Yandi untuk meninabobokan sekaligus menjinakkan amarah rakyat selama 5 tahun terakhir semasa IDP menjabat Bupati. Sudah saatnya rakyat harus di sadarkan dan menolak bantuan dari Dinasti IDP dengan mengucapkan secara tegas “Go to Hell with your aid” (Persetan dengan bantuan mu / pergilah ke neraka dengan bantuanmu), seperti apa yang di katakan Bung Karno pada tahun1960, ketika pasang-surut hubungan Bung Karno dengan Amerika Serikat. Sebab bala bantuan yang di kerahkan oleh Dinasti IDP pada musim politik seperti ini, hanyalah bermaksud untuk mencairkan situasi yang sebelumnya tegang dan bukan bantuan yang ikhlas. Karena 5 tahun selanjutnya ketika IDP di datangi oleh konstituen, jawaban cecunguk-cecunguk nya Dinasti IDP ialah “Bupati lagi di luar daerah”, begitu pula ilustrasinya jika Yandi jadi Bupati.
Politik bukanlah satu ajang untuk iseng-isenganan ataupun kancah eksperimen untuk memimpin, jumlah penduduk kabupaten bima tahun 2024 mencapai 543.459 jiwa, yang harus di pikirkan nasibnya oleh pemimpin (Bupati). Artinya keberpihak pemimpin harus jelas alurnya, lagi dan lagi keberpihakan ini harus di pikul oleh ide yang cemerlang dan harus di dorong oleh kesadaran sosial serta pengetahuan yang super mumpuni. Apakah Yandi masuk dalam kategori itu ? jelasnya tidak. Jika politik di pikul oleh ide, Yandi berpolitik dalam posisi masih meraba-raba ide untuk menata daerah ini dengan baik dan mampu berdaya saing dengan daerah-daerah maju lainnya.
Selama Yandi menjadi Ketua DPRD Kabupaten Bima periode 2019-2024 hasil delegasi rakyat Bolo-Madapangga bisa kita telusuri seksama hasil dan perubahannya. Mulai dari kelangkaan stok Gas LPG 3 Kg, distribusi yang tidak berstandar pada Harca Eceran Tertinggi (HET) hingga penimbunan Stok LPG oleh Sub Agen maupun pengecer liar, yang mengakibatkan stok terbatas serta harga yang sukar di jangkau oleh masyarakat menengah kebawah. Kelangkaan atau Standar HET LPG bukanlah hal remeh temeh yang harus di sikapai secara abai oleh Yandi selama menjadi Ketua DPRD, ibu rumah tangga akan di picu konflik dengan sumainya oleh karena tidak di suguhkan kopi ataupun komplain suami terhadap standar masakan sang istri yang di sebabkan oleh kekosongan tabung LPG di rumahnya. Artinya kelalaian Yandi mengawal LPG bisa melahirkan konflik di satu rumah tangga, yang sebelumnya rumah tangga tersebut tentram dan damai.
Rakyat Bolo-Madapangga yang mendelegasi Yandi mengalami secara langsung “Wakil Rakyat (Yandi) Mencekik Rakyat”. Apa mau Rakyat se-Kabupaten Bima mengalami hal serupa seperti apa yang di alami Rakyat Bolo-Madapangga ? jelasnya tidak. Dulu pada tahun 1994 di Meksiko, tercetus yang namanya “Revolusi Zapatista” yang di pimpin oleh Sub Comandante Insurgente Marcos, memprakarsai masyarakat adat (khususnya masyarakat Chiapas / Kota termiskin di Meksiko) untuk mewujudkan Demokratisasi dan Keadilan di bawah Presiden Carlos Salinas de Gortari selama 6 Tahun (1988-1994). Jika Yandi ngotot bertahan untuk calon bupati dengan segala keterbatasannya, terutama pada keterbatasan ide untuk menata daerah, yakin dan pastikan Rakyat Kabupaten Bima mendeklarasikan “Ya Basta” (Cukup Sudah). Kemarahan Rakyat yang di landasi oleh ketidakbecusan IDP mengurus daerah, IDP yang meruntuhkan moralitas Rakyat lewat politik mistika mengklaim keluarganya sejenis God’s Warrior (Prajurit Tuhan) ialah bisa berjalan di atas air, bahkan bisa menciptakan air sakti hanya dengan di celupkan telunjuk. Lewat pengklaiman sepihak yang di legitimasi terah kesultanan, yang kendati kesultanan palsu.
Inilah phasenya, kerobohan dinasti IDP akan terkikis sampai ke akar-akarnya. Sistim kita adalah Pemerintahan Rakyat (Demokrasi), Rakyat memiliki Legal Rights di dalam mengevaluasi dan memberi ultimatum kepada Pemimpinnya. Yang pastinya Dinasti IDP akan terkubur rapi, manakala dalam tempo waktu menjelang pilkada ini amukan rakyat sudah terakumulasi serta terkonsolidasi secara terstruktur, sistematis dan masif. Camkan itu, saya adalah bagian kecil dari sekian besarnya kemarahan rakyat Kabupaten Bima terhadap Dinasti IDP.
Penulis : Reta Setia Budi
Sekretaris DPC GMNI Kabupaten Bima
Editor : Surya Ghempar.
0 comments