Opini : Nafillah, Fena Fentika, Katika Juita Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Mataram. |
Mataram-NTB, Media Dinamika Global.Id
Pada 9 November 2024, Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, mengalami letusan besar yang menyebabkan kerusakan parah dan ancaman bagi warga sekitar. Kolom abu vulkanik setinggi 9 kilometer meluncur ke udara, mengarah ke barat, dan menyebabkan gangguan yang signifikan di wilayah sekitarnya. Material panas seperti lava pijar dan batu api jatuh ke pemukiman, menghancurkan bangunan-bangunan dan mengakibatkan kebakaran kecil di beberapa area. Letusan ini menjadi bencana besar yang mengancam keselamatan ribuan orang.
Menurut laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Flores Timur, sebanyak 10 orang dilaporkan tewas akibat terpapar lava panas dan tertimpa reruntuhan bangunan. Selain itu, lebih dari 60 orang lainnya terluka, dengan banyak yang mengalami luka bakar dan cedera akibat terkena batu besar yang terlontar dari kawah. Wilayah yang paling terdampak meliputi desa-desa di tiga kecamatan sekitar gunung, yaitu Wulanggitang, Ile Bura, dan Titehena. Para ahli dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memantau aktivitas gunung untuk mengantisipasi potensi letusan susulan.
Salah satu pengungsi, Lusia (42 tahun), warga Desa Wulanggitang, mengungkapkan ketakutannya saat letusan terjadi. “Kami sangat terkejut dan langsung lari menuju tempat yang lebih tinggi. Tanah bergetar dan suara gemuruh sangat keras. Kami hanya sempat membawa barang-barang yang sangat dibutuhkan,” katanya sambil menahan air mata. Lusia mengungkapkan bahwa rumahnya rusak parah dan kini ia dan keluarga mengungsi di salah satu posko darurat yang disediakan oleh pemerintah daerah.
Sementara itu, Kepala Desa Wulanggitang, Pak Joko (55 tahun), juga memberikan penjelasan mengenai dampak letusan bagi desa mereka. “Desa kami sangat terpukul. Banyak rumah yang rusak, dan fasilitas publik seperti sekolah serta balai desa juga tidak bisa digunakan. Kami sudah berkoordinasi dengan pemerintah untuk segera memulihkan keadaan,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa meskipun ada banyak warga yang mengungsi, sebagian tetap khawatir dengan nasib harta benda mereka yang tertinggal.
Akibat letusan ini, hampir 12.200 warga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman. Tempat pengungsian didirikan oleh pemerintah setempat dan didukung oleh berbagai organisasi kemanusiaan serta relawan. Pemerintah Nusa Tenggara Timur mengaktifkan status tanggap darurat dan mengirimkan bantuan logistik serta medis untuk mendukung para pengungsi dan mereka yang terdampak langsung. Di tengah situasi ini, banyak rumah, gedung sekolah, dan fasilitas publik lainnya yang rusak berat, dan beberapa jalan utama menjadi tidak dapat dilalui akibat tumpukan material vulkanik.
Selain itu, letusan Gunung Lewotobi juga mengganggu transportasi udara di NTT. Bandara Internasional Komodo yang terletak di Labuan Bajo, salah satu titik transportasi utama di wilayah tersebut, terpaksa ditutup sementara untuk memastikan keselamatan penerbangan. Beberapa penerbangan, baik domestik maupun internasional, dibatalkan atau dialihkan. Maskapai penerbangan seperti Wings Air juga mengumumkan pembatalan lebih dari 18 penerbangan regional yang biasanya menghubungkan Pulau Flores dengan pulau-pulau lainnya di Nusa Tenggara Timur.
Bencana ini juga menyebabkan kerusakan pada sektor pertanian lokal. Tanaman yang sebelumnya subur kini tertutup oleh abu vulkanik yang mengancam hasil pertanian dan merusak ekosistem di sekitarnya. Para petani yang tinggal di sekitar kaki gunung menghadapi kesulitan besar karena tanah mereka yang tercemar abu dan lava. Sebagai dampaknya, pendapatan mereka terhenti sementara, dan mereka harus mengandalkan bantuan darurat untuk bertahan hidup.
Bupati Flores Timur, Pak Andreas (47 tahun), menyatakan bahwa pemulihan pasca-letusan ini akan memakan waktu dan upaya yang besar. “Kami sudah mendirikan sejumlah posko pengungsian dan menyalurkan bantuan logistik untuk memenuhi kebutuhan dasar warga. Pemerintah juga bekerja sama dengan berbagai organisasi untuk mengatasi dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh abu vulkanik,” katanya. Bupati juga menekankan bahwa perhatian utama saat ini adalah memastikan keselamatan warga dan memberikan dukungan jangka panjang bagi mereka yang kehilangan tempat tinggal.
Para ahli dari PVMBG juga terus mengawasi aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi untuk memantau potensi erupsi lebih lanjut. Meskipun letusan besar ini sudah terjadi, pihak berwenang mengimbau warga di kawasan rawan bencana untuk tetap waspada dan mengikuti instruksi dari otoritas terkait.
Sebagai upaya mitigasi bencana, pihak berwenang terus mengimbau warga yang berada di sekitar kawasan rawan bencana untuk menjaga kewaspadaan tinggi dan mengikuti instruksi dari otoritas terkait. Dengan status tanggap darurat yang telah ditetapkan, diharapkan proses pemulihan bisa dilakukan dengan lebih cepat, meskipun tantangan besar masih harus dihadapi dalam menghadapi dampak jangka panjang dari letusan ini.
Penulis : Nafillah, Fena Fentika, Katika Juita Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Mataram.
0 comments