Drs. H. Mustahid H. Kako,MM : Sejarah Baru Donggo Yang Luar Biasa - Media Dinamika Global

Rabu, 11 Desember 2024

Drs. H. Mustahid H. Kako,MM : Sejarah Baru Donggo Yang Luar Biasa


Opini. Media Dinamika Global. Id.- Salah satu Tokoh yang sangat disegani di Tanah Donggo Drs. H. Mustahid H. Kako,MM berpendapat bahwa Sejarah Baru bagi Masyarakat Donggo-Dompu Yang Luar Biasa. Sejarah baru Donggo, meski selama ini Donggo pernah dihina, disisikan dari kepentingan. Donggo bangkit dipublic sejak segala peristiwa perjuangan pembangunan, masuk di legislatif, eksekutif dan kini menjadi bupati orang pertama di Dompu (Bambang Firdaus). Kunci yang punya niat jadi cabup harus harus saling mendukung antara : 

• Tekad kuat 

• Pegang partai 

• Punya uang 

• Kolegan pemegang partai lain sebagai calon koalisi 

• Konsolidasi massa atau pemilih 

• Paling besar adalah tidak sombong, tidak sok bisa/pintar dll yang membuat orang lain berpaling kearah lain 

Lalu siapa Bambang Firdaus sebenarnya ?…Bambang Firdaus asal Mangge Asi Dompu berasal dari Mangge Asi Mbawa Donggo Bima yang berasal dari Mangge Asi So Sambi atau Rasa Ntoi So Sambi kampung pertama terletak di So Sambi Mpiri Lua kampung pertama Dou Donggo (belum ada sebutan Kala atau Donggo), sekarang wilayah hukum Desa O’o Donggo, Di kampung “Rasa Mangge Asi Ntoi So Sambi ” beberapa bukti sejarah ada, berupa pekuburan kuno, ada gong kuning konon gong ini adalah pasangan gong kuning dipakai oleh pejuang saat peristiwa Donggo 1972 silam, alat perang Tombak, keris, No dan Genda dll yang sudah disita oleh Militer 1972. 


Belasan Tahun silam saya masih aktif di Wartawan Lombok Post/Jawa Post Group/JPNN pernah menurunkan berita ihwal hubungan *Dou Donggo Di (Donggo Barat) dan Sumba, sumber sejarawan/Budayawan Bima Lalu Massir, H Abdullah Tayeb, Hilir Ismail dll, dengan Istana Mbojo secara singkat seperti dikutip dari Media Donggonews

Sebenarnya Donggo pertama yang mendiami lereng gunung “Doro Salunga atau Doro Leme tidak ada hubungan darah dengan dengan orang Istana dan Sumba, karena kedatangan Sultan pertama Lakai (Abdul Kahir), orang asli Bima telah lama menetap di Donggo Salunga, soal Asal usul moyang Dou Donggo Asli itu Wallahu alam bissawab namun cerita/dongeng rakyat menyatakan berasal dari Jin turun dari gunung Sorihasa sempat mendiami di Rasa KA Oe…..Wilayah Doro Poka, Doro Wani, Doro Wane belum terbentuk Ncuhi Kala. Mereka belum bisa bicara seperti kita sekarang ini, bahasa percakapan sehari-hari hanya…

Bahasa Oe….Oe … Oe….um…um….um… (Ya mungkin bahasa orang Papua kita perhatikan saat mereka perang kampung bahasa bersifat motivasi membakar semangat saat perang…. aaa…uuuu…hao… dst mereka yang tau artinya) dengan bahasa isyarat gerakan tangan, kebenarannya Wallahu Alam 


Bagaimana hubungan darah Istana, Sumba dengan Donggo, ? 

Manggempo Donggo/Jeneli Donggo adalah pejabat kiriman Istana ditugaskan untuk menjabat di Donggo, karena orang Donggo saat itu masih dibawah perintah Ncuhi ro Dewa yang ditaklukan oleh kesultanan Bima, meski tetap diakui sebagai mana’e KAI Rasa Kala (saat itu belum ada sebutan nama Donggo) 

Berawal dari Ina Ka’u Lamu anak kandung Sultan Bima yakni moyang dari Sultan Salahudin ayahnya Putera Kahir mengundang dan rapat seluruh gelarang se-Kesultanan Mbojo (belum ada sebutan Kabupaten Bima yakni gelarang Kala, gelarang Bolo, Sape dan Rasa Nae dan lupa nama keempat gelarang ini), rapat itu di putuskan Ina Ka’u Lamu atas tawaran gelarang Kala dibawa untuk mengasingkan diri ke Rasa Mangge Ntoi So Sambi. Dengan rute perjalanan dari Asi/ Istana keluar melalui Lare-Lare barat menuju Kolo mampir di temba Kolo Melayu, menyeberang Wadu Pa’a, menyisir pohon Peto Bura Wunta, (tanjakan Wadu Pa’a Utara), konon pohon Wunta Bura adalah jelmaan ludahnya Ina Ka’u Lamu (Wallahu Alam kebenaran) dari penyebab Ina Ka’u Lamu di Asingkan ke Rasa Ntoin Sambi. 

Beberapa dekade Ina Ka’u Lamu menetap bersama warga setempat Mangge Asi So Sambi, yang sedang itu hamil Anak pertama bernama “Waro Ncolo alias Waro Doro Nonu (pekuburannya ada di dibawah PLN Desa Oo Donggo) bersama Waro Bangge Jawe (Bangsa Jawa) ahli panggita/Tukang Kayu), curhat dengan Gelarang Kala rasa kangen ingin melihat kembali Istana Asi Mbojo, minimal memang jarak jauh dari Bata Lahila Kala 

Permintaan pun direspon oleh Ompu Kala dan dituntunlah Ina Ka’u Lamu ke Bata Lahila Kala,

Disanalah Ina Ka’u Lamu melihat Kota Bima, setelah itu kembali ke Mangge Asi Rasa Ntoi So Sambi.

Tidak lama kemudian dia melahirkan anak laki-laki bernama Ncolo Waro Doro Nonu tersebut.

Perpaduan darah Dou Donggo yang lama menetap di Donggo dengan Ina Ka’u Lamu dengan turunan Waro Doro Nonu atau Waro Ncolo, namun ada sumber di Donggo menyatakan bahwa Waro Doro Nonu bersaudara kandung dengan Waro Kese dan Waro Manggenae, meski Donggo ada hubungan darah dengan Istana, Donggo tidak ada panggilan status sosial Muma, Dae, Teta dll, melainkan panggilan Ina atau Ama, mungkin tidak dibiasakan atau mungkin ada penyebab lain, Wallahu Alam Bissawaw. 

Bagaimana hubungan Donggo dengan Sumba ?, ini hanya bersekala dengan Mbawa, warga Donggo saat itu menganut ajaran Dinamisme dan anamisme, tidak menganut Agama Kristen Katolik. Adanya sebagian warga Mbawa yang berasal dari Sumba Kok bisa, menurut sumber tersebut diatas bahwa ada pelarian warga Sumba ke Sumbawa besar saat perang dunia kedua mereka menggunakan sampan Dayun melewati teluk Bima dan jalan kaki melintasi pantai, kaki gunung Salunga, karena kebiasaan mereka bercocok tanam umbian dll serta menetap di lereng gunung Salunga/Doro Leme Donggo yakni wilayah Mbawa sekarang bagi warga Sumba yang tidak melanjutkan perjalanannya ke Sumbawa Besar. 

Mohon maaf, tulisan ini belum mengandung kebenaran asli perlu data pembanding, lembo Ade 

Penulis: Mantan Wartawan JPNN, Politisi, Pemred DONGGONEWS

Comments


EmoticonEmoticon