Opini. Media Dinamika Global.Id.- Salah seorang Ketua Umum Berusaha Menjelaskan bagaimana Dinamika yang terjadi, terutama dari Sektor Pertanian yang merupakan Lumbung terbesar di Indonesia. Terlebih lagi Sekarang Soal adanya Krisis Monitor dan Sumber Daya Manusia pada Sektor Pertanian. Di era ini Masyarakat Indonesia dituntut untuk Proaktif terhadap swasembada Pangan yang merupakan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.( 13/01/25 ).
Riski Ikra Ketua Umum PK-IMM Fapperta Ummum Berpendepat bahwa Ancaman krisis pangan global sangat signifikan, adanya perubahan iklim makin hari makin memburuk, melihat problematika dibeberapa dekade belakangan ini, petani mengalami penurunan disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya minim nya generasi untuk berprofesi sebagai petani, kurangnya lahan pertanian, dan sistem birokrasi yang lambat dalam dorongan generasi untuk pertanian berkelanjutan minim.
Petani di Indonesia secara menyeluruh berakibat buruk disebabkan oleh hadirnya investasi yang masif. Lahan petani menimbulkan banyak problem. Terutama mereka anak-anak muda yang lebih memilih pekerjaan yang bersih. Selain itu, ketersediaan pupuk yang terbatas dan mahal semakin memperparah kondisi di sektor pertanian.
Petani dan tradisi masyarakat menjadi hikayat yang di ceritakan para pejabat setiap kampanye, tetapi tidak ada keberpihakan kebijakan setelah terpilih. Sejumlah masalah di tangung sendiri oleh petani. Di kutip dari data situs pertanian 2023 oleh badan pusat statistik Indonesia menunjukkan bahwa jumlah pertanian perorangan di Indonesia mengalami penurunan sebesar 7,45 persen dalam 10 tahun terakhir. Pada tahun 2023, tercatat ada sekitar 29,34 juta unit usaha pertanian turun dari 31,7 juta unit pada 2013. Penurunan ini di sebabkan oleh berbagai faktor, termasuk lahan pertanian yang semakin berkurang di berbagi daerah.
Jumlah petani di Indonesia juga mengalami penurunan pada tahun 2023, terdapat 29,3 juta petani, turun dari 31 juta petani pada tahun 2013, yang berarti terjadi penurunan sebesar 7,45 persen. Hal ini disebabkan oleh kurangnya lahan pertanian dan transisi petani ke sektor-sektor lain seperti industri.
Tantangan petani ke depan sangatlah sulit jika di lihat dari perubahan teknologi, seperti platform medsos yang signifikan. Bukannya mempermudah pemasaran secara online, justru memperparah kondisi masyarakat terutama anak-anak muda pada umumnya, semisal mereka main platform seperti hetfon dan memakainya hanya hura-hura saja dan tidak memanfaatkan teknologi untuk akses seperti jualan yang bergerak di sektor pertanian dan perikanan.
Adapun masyarakat yang belum memahami betul tentang pemasaran (jualan petani) secara online, diperlukan adaya pembelajaran yang masif dalam bidang teknologi lebih khususnya dalam bidang pertanian. Dilihat dalam data terkait minat petani kini berusia di atas 55 tahun, sementara minat generasi muda menurun. Banyak kalangan muda di bilang generasi tidak lagi tertarik dengan sektor pertanian saat ini.
Dengan berbagai masalah yang ada, semakin hari semakin sedikit minat orang dalam sektor pertanian. Pada tahun 2021, Bapppenas memprediksikan pada tahun 2063, pekerjaan petani Indonesia mungkin saja hilang. Prediksi itu didasarkan pada data penurunan jumlah yang signifikan. Tahun 1967, rasio pekerja Indonesia di sektor pertanian mencapai 65,8 persen dari total bekerja keseluruhan. Sementara 2019, jumlah petani tinggal 28 persen dari total pekerja.
Situasi ini menguatkan ramalan sejarawan asal Inggris Eric Hobsbawan pada tahun 1990an, perihal terjadinya the death of peasantry atau ‘‘matinya petani’’ keyakinan di dukung oleh bukti turun drastisnya jumlah petani di Eropa dan Amerika Utara, yang berbarengan dengan perkembangan akumulasi bidang lainnya, yang berakibat petani segera lenyap. Di tahun 2024, meskipun prediksi itu tidak sepenuhnya tepat, namun juga tidak sepenuhnya salah.
Dalam situasi demikian, generasi yang justru sebagai pewaris budaya dan motor penggerak perubahan ekonomi dari berbagai sektor tidak lagi tertarik dengan jurusan pertanian atau berprofesi sebagai petani. Budidaya menanam sepeti Bertani. Dalam prespektif generasi ‘‘profesi petani tidak harus membutuhkan wawasan pengetahuan yang tinggi, kerena pekerjaan ini hanyalah warisan dari para orang tua terdahulu, hinga tidak harus belajar”. Hal demikian yang membuat petani jalan di tempat dan tidak berkembang. Sementara, tentangan di dunia pertanian saat ini membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan jejaring agar dapat mengatasi berbagai tantangan dampak dari perubahan iklim yang sangat ekstrem.
Di saat jumlah petani dan lahan menyusut, akses petani terhadap teknologi masih terbatas. Sebagian besar petani masih mengunakan cara-cara konvensional yang kurang efisien, sehingga produktivitas mereka rendah. Keterbatasan akses terhadap alat dan teknologi pertanian yang canggih, sistem irigasi yang baik serta bibit unggul dan pupuk menjadi hambatan utama. Meskipun ada bantuan pemerintah, seringkali distribusinya tidak merata dan terhambat oleh birokrasi. Keterbatasan akses terhadap modal juga menjadi masalah klasik. Banyak petani terpaksa mencari pinjaman dengan bunga tinggi, karena sulitnya akses kredit. Sulit bagi mereka meningkatkan skala dan kualitas produksi.
Dengan demikian petani yang ada justru sebagai penggerak ekonomi dunia, membutuhkan perhatian khusus untuk menjawab tantangan ekonomi negara maupun masyarakat. Untuk itu, dibutuhkan adanya Pendidikan yang berjalan di sektor petani. Seperti melatih masyarakat yang minim akan ilmu pengetahuan seperi cara menanam buah- buahan, sayur-sayuran dan penghasil petani, merawat tanaman dengan baik, menjaga kestabilan tumbuhan dengan adanya pupuk.
Peran pemerintah justru sebagai harapan masyarakat untuk melihat persimpangan yang ada bukan hanya memfokuskan pada sektor lain seperi industri saja. Namun, harus lebih ke pertanian dan perikanan, terutama memberikan pendidikan pencerahan kepada generasi muda sebagai pewaris, dan generasi muda juga memerlukan didikan serius yang di fokuskan ke sektor pertanian seperti menyekolahkan mereka di perguruan tinggi agar lebih memperkuat Sumber Daya Manusia (SDM) pada sektor pertanian.( Sekjend MDG ).