Mataram, Media Dinamika Global.Id - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Provinsi NTB mengeluarkan kuota 47.000 rekomendasi pengiriman sapi dari pulau Sumbawa ke Jabodetabek.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB. Muhamad Riadi. S.P. M.Ec.Dev mengatakan bahwa total keseluruhan kuota rekomendasi tahun 2025 sebanyak 49.254 ekor, itu per Desember 2025.
"Penumpukan sapi terjadi akibat banyak pengiriman yang tidak sesuai dengan kesepakatan awal antar daerah pengiri," ucap Kadis saat diwawancara sejumlah media di ruangan kerjanya. Kamis (24/04/25).
Kata Muhamad Riadi, awalnya sudah sepakat sebanyak 40 truk tronton dari Bima, 15 dari Dompu dan Sumbawa. Tapi kenyataannya, dua hari terakhir, sampai 100 unit tronton per hari yang masuk. Padahal, kapasitas kapal hanya 55 unit tronton setiap dua hari. Ini yang menyebabkan pelabuhan menjadi penuh. Kabupaten Bima yang Paling Agresif,
"Setiap tahun NTB tetap mengirim sapi berdasarkan populasi dan tingkat kelahiran ternak," terang Kadis.
Rincian kuota rekomendasi pengiriman sapi Se-pulau Sumbawa:
Sumbawa sebanyak 16.000 ekor.
Dompu sebanyak 12.000 ekor.
Kabupaten Bima sebanyak 16.137 ekor.
Kota Bima sebanyak 2.517 ekor.
Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) sebanyak 1.000 ekor.
Dari sekian angka tersebut, Kabupaten Bima tercatat sebagai daerah paling agresif dalam pengiriman. Hingga pertengahan April 2025, sebanyak 4.835 ekor sapi telah dikirim dari kabupaten Bima. “Sisa kuotanya tinggal 893.000 ekor, "itu belum lagi besok jum'at sebanyak 3.000-an pengiriman sapi menggunakan Kapal Tol Laut dari pelabuhan Bima menuju tunjuk Priuk," bebernya.
Sebagai solusi, pemerintah akan mengetatkan mengeluarkan rekomendasi pengiriman. “Tahun lalu kami longgar karena percaya semua akan disiplin. Tahun ini ternyata tidak seperti harapan. Maka kami akan selektif, rekomendasi tidak bisa lagi diberikan setiap hari, akan disesuaikan dengan kondisi lapangan,” jelas Riadi.
Disinggung soal Kapal dan Pelabuhan, "Satu hal lain yang menjadi tantangan adalah keterbatasan armada kapal khusus ternak saat ini, NTB hanya memiliki satu kapal dengan trayek Bima–Tanjung Priok–Banjarmasin. Kapal ini tidak dapat langsung membawa tronton—hanya ternak saja—sehingga menambah pekerjaan di pelabuhan tujuan.
“Kalau mau dibawa ke Pelabuhan Lembar, harus ada deviasi rute yang berbiaya. Kami pernah minta tambahan satu kapal, tapi belum dikabulkan. Padahal kapal ini sangat penting untuk kelancaran distribusi,” tandanya.
Kadis Nakkeswan berharap, kejadian penumpukan sapi seperti ini bisa menjadi pelajaran bagi semua pihak. “Pada tanggal 15 April kemarin kita sudah rapat dengan KSOP Lembar, semua sudah disepakati. Tinggal implementasinya yang harus konsisten. Kalau kita semua pegang komitmen, semuanya bisa berjalan lancar”.
“kita inginkan adalah ketertiban. Dengan pengaturan yang tepat, kuota bisa tercapai, ternak aman, dan pelabuhan tidak lagi dipenuhi oleh truk-truk tronton yang mengular,” harap Riadi. (Surya Ghempar).