Media Dinamika Global: Budaya
Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan

Jumat, 07 Juni 2024

Yati Octavia Artis Tercantik Era 1970-an, Pernah Digunduli Demi Peran Di Film


Artis. Media Dinamika Global. Id.- Yati Octavia Artis Tercantik Era 1970-an, Pernah Digunduli demi Peran di Film. Yati Octavia artis cantik yang paling dikenal era 1970-an. Sosoknya sangat identik dengan peran Ani, kekasih Rhoma Irama. Namun selain peran Ani, ternyata Yati Octavia pernah totalitas bermain dalam film Rahasia Perkawinan pada 1979. 

Ada apakah dengan film Rahasia Perkawinan? Dalam film Garapan H Maman Firmansyah itulah Yati rela digunduli. Ada sebuah adegan di mana rambut Yati digunting acak-acakan. Sontak adegan itu membuat heboh industri perfilaman nasional. 

Berkat perannya sebagai Ratna yang rela digunduli itulah film Rahasia Perkawinan sukses memboyong Piala Antemas di FFI 1980 di Semarang, sebagai lambang film terlaris. 

Yati Octavia juga dikenal sebagai salah satu artis yang masuk dalam jajaran The Big Five atau lima artis dengan bayaran termahal saat itu. 

Yati bersama Roy Marten, Robby Sugara, Yenny Rachman, dan Doris Callebaut, disebut-sebut menerima honor lebih dari Rp5 juta per film. Pada masanya, itu merupakan angka yang sangat besar.

Tidak berhenti berkarya, kini di usianya ke-66 tahun, Yati Octavia masih aktif terjun di dunia akting. Dia banyak membintangi sinetron-sinetron Tanah Air. Beberapa di antaranya Aisyah (2019), Cahaya Mentari (2019), Tukang Ojek Pengkolan (2020), dan terbaru adalah Aku Bukan Dia (2021).

Di luar karier aktrisnya, Yati adalah seorang istri dari aktor Pangky Suwito. Mereka sudah menikah sejak 1979. Ini merupakan pernikahan kedua bagi Yati yang sebelumnya telah menikah dengan Syamsudin (almarhum) dan memiliki satu orang putra. 

Setelah menikah dengan Pangky, Yati kembali dikaruniai tiga orang putra. Keduanya kini juga telah dikaruniai cucu-cucu yang lucu.

Kamis, 23 Mei 2024

Tampak "Uma Lengge" Sepi Pengunjung, Butuh Perhatian dan Dukungan Dari Semua Pihak


Kabupaten Bima-NTB, Media Dinamika Global.Id._ Bangunan Uma Lengge merupakan warisan leluhur suku Mbojo-Bima terdahulu, sekarang tampak sepi pengunjung, dibandingkan ketika Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno, meresmikan Komplek Rumah Adat "Uma Lengge" bertempat di Desa Maria, Kabupaten Bima-NTB.

"Uma Lengge" merupakan salah Wisata Budaya Bima (Suku Mbojo) Daerah Bima tiga tahun silam.

Hasil penelitian langsung, saat tiba  di tempat bersejarah itu, terlihat bagunan tradisional suku Mbojo kini sebagian sudah tidak terawat, tiga bangunan serta hiasan tanaman bunga di depan halaman, menutupi sebagian "Uma Lengge" yang telah miring dan rusak.

Terlihat tampak seseorang pria yang duduk termenung di tiang penyangga "Uma Lengge", menunggu kedatangan para pengunjung yang ingin mengetahui apapun tentang ditus/Histori "Uma Lengge".

Pria tersebut bernama Indra, 41 tahun, merupakan warga asli Desa setempat sekaligus penjaga "Uma Lengge".

Saat ditemui, Indra menceritakan, Uma Lengge ini di bangun secara tradisional oleh leluhur kami dulu, sampai sekarang kami jaga, walaupun sebagian tidak mampu kami perbaiki karena kekurangan anggaran dan dukungan semua pihak, terutama dari Pemerintah Daerah sampai pemerintah Desa.

"Sejarah dan kondisi Uma Lengge sekarang, Indra berharap warisan nenek moyangnya dan leluhur terdahulu tetap dijaga," ucap Indra. Minggu (14/4/2024).

Lanjut Indra, "Uma Lengge" memiliki 4 (Empat) Ri’i Uma atau  disebut empa tiang penyangga persegi berdiameter sekitar 30 Cm (Centi Meter), beratap ilalang, dengan dasar pondasi yaitu ngapi atau batu yang sudah dibacakan mantra oleh dukun, sehingga tikus tidak akan sanggup menjangkau hasil pertanian yang ada di ruang penampungan. Setiap tiang diberi wole atau pasak, yang mengunci "Uma Lengge" agar tahan dari segala cuaca. Terlihat dari warna kayunya tidak pernah disentuh keasliannya, sehingga terdapat Empat "Uma Lengge" yang rusak parah dan tidak lagi berfungsi.

“Jumlah "Uma Lengge" dan Jompa secara keseluruhan awalnya ada 101 bangunan, akan tetapi ada empat yang rusak parah, jadi sisa 97 bangunan, saya akan usaha untuk jaga, karena tugas ini adalah amanat dari Almarhum kakek saya yang  bernama "Hasan Abubakar" merupakan Ketua adat disini,” tutur Pria Kelahiran Wawo ini.

Bangunan Uma Lengge, terdiri dari dua lantai utama, bagian bawah terdapat muna atau alat untuk menenun, sebagai aktifitas yang wajib dilakukan oleh kaum perempuan suku Mbojo, serta difungsikan untuk menyambut tamu. Berdasarkan ketentuan adat, setiap wanita yang memasuki usia remaja harus terampil melakukan muna ro medi, muna ro medi merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh kaum perempuan, guna meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga. Seluruh wanita dilatih untuk terampil dan berjiwa seni ma loa ro tingi dalam menenun. Kemudian kedua, bagian atas "Uma Lengge" digunakan sebagai tempat penyimpanan hasil pertanian yang beratapkan ilalang dan bambu, sebagai kerangka agar atap tahan terhadap segala cuaca.

"Ia, Indra menyayangkan tidak adanya perhatian dari pihak pemerintah untuk membantu melestarikan Budaya asli Mbojo "Uma Lengge", padahal sistem ketahanan pangan dalam struktur bangunan "Uma Lengge" menjadi salah satu cara untuk melawan krisis pangan di masa depan," sesal Indra.

Sambung Indra, "Uma Lengge" ini milik warga asli Desa setempat, setiap keluarga memiliki satu Uma Lengge, sekarang banyak atap ilalang Uma Lengge dan Jompa diganti seng, karena ilalang sulit didapat, dan juga kurangnya perhatian dari pemerintah Desa setempat untuk biaya operasional dan memfasilitasi kebutuhan Uma Lengge. Kebiasaan masyarakat Wawo Maria menyimpan hasil pertanian di ruang atas Uma Lengge, ketika Indra membuka pintu ruangan atas berdiameter sekitar satu kali setengah meter, tampak hasil pertanian seperti padi, jagung, serta sorgum tersusun rapi dalam setiap ikatan. 

"Kemudian ikatan-ikatan itu, digantung pada bilah-bilah bambu yang disusun sedemikian rupa sesuai dengan fungsinya. Sembari mengingat perjuangan kakeknya dulu dalam merawat kelestarian Uma Lengge," jelas Indra.

Tak hanya itu, Indra juga menegaskan bahwa Uma Lengge tidak terlepas dari nilai-nilai keistimewaan yang sudah dipercayai sejak zaman nenek moyang suku Mbojo dulu. Menariknya, di ruangan atap Uma Lengge hanya boleh ibu-ibu yang bisa naik, karena kepercayaan yang dianut masyarakat setempat, hanya kaum perempuan yang tau tentang pasokan makanan keluarga.

“Kakek saya Alm. Hasan Abubakar pernah bilang, kalau "Uma Lengge" penuh dengan nilai budaya yang sudah diwariskan dari dulu sampai sekarang, mulai nilai gotong royong, nilai musyarawarah, mufakat, tetap tingkatkan silaturahmi, dan nilai saling tolong-menolong. Seiring dengan perkembangan zaman, cara penyimpanan padi sudah tidak lagi dalam bentuk ikatan-ikatan yang tersusun rapi, melainkan gabah yang dikarungkan, sehingga masyarakat agak kerepotan untuk memindahkan padi ke atas ruangan penyimpanan Uma Lengge," tegasnya.

Sementara, Sumardin, 36 tahun, warga asli Desa Wawo Maria sedang mengecek hasil pertaniannya, mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat saja yang menggunakan "Uma Lengge" dan "Jompa" sebagai tempat penyimpanan hasil pertanian, karena saling memiliki kepercayaan tersendiri. “Saya salah satu Pemilik Uma Lengge dan Jompa yang diwarisi kakek kami dulu secara turun-temurun, walaupun sudah dijadikan tempat wisata, tetapi kami tetap melaksanakan upacara Ampa Fare yang telah diwariskan, disini cuman sebagian masyarakat saja yang pakai Uma Lengge," ucap Sumardi.

Disisi lain, dengan ada perkembangan zaman, sebagian masyarakat juga tidak menggunakan Uma Lengge karena mereka pendatang di Desa ini," pendatang di desa ini. Padahal ketika musim paceklik, sebagian masyarakat sangat kesulitan mendapatkan cadangan makanan, karena tidak menyimpan cadangan pangan dari hasil pertanian sebelumnya. Sembari membersihkan halaman Uma Lengge dengan sabit dan Tembe Nggoli, sarung tenun khas suku Mbojo yang dipakai.

"Sumardin mengakui tidak kesusahan saat musim paceklik tiba, apalagi harga beras di pasaran semakin melonjak, saya beruntung tetap melestarikan tradisi Ampa Fare ini, warga lain ngeluh beli beras, saya tak pernah risih jika sewaktu-waktu bahan pangan naik,” tuturnya.

Proses penataan dan penyimpanan padi pada Uma Lengge, dilakukan dengan cara gotong royong. Dari 97 Uma Lengge maupun Jompa yang ada, hanya 95 bangunan yang digunakan oleh warga untuk menyimpan hasil pertaniannya, tiga diantaranya digunakan sebagai tempat berkunjung untuk para wisatawan. “para warga disini biasanya panen serentak, sehari setelah itu, kita adakan upacara Ampa Fare sebagai bentuk rasa syukur kami atas hasil pertanian yang melimpah,” terang Sumardin.

Kembali indra mengatakan, Konsep Uma Lengge sebagai karya arsitektur yang mengandung banyak nilai budaya, kini banyak digunakan sebagai bentuk konstruksi bangunan pemerintahan, juga menjadi ikon pariwisata. Hanya saja tidak diperhatikan baik oleh pemerintah Desa dalam merawatnya. Uma Lengge juga sebagai konsep kearifan lokal, ketahanan pangan, masih belum bisa ditransofmasikan menjadi program-program pemerintah untuk pemberdayaan petani, apalagi Kabupaten Bima menjadi daerah yang menyumbang pasokan pangan terbesar.

"Sekarang Uma Lengge hanya dijadikan sebagai lambang saja," jelas Indra.

Sambung Indra, Festival Uma Lengge kerap diadakan tiap tahunnya, Ula Lengge kian mulai tidak diperhatikan, padahal banyak solusi yang dapat diterapkan dalam menghadapi tantangan zaman, melalui nilai budaya yang terkandung dalam Uma Lengge sendiri.

“Festival Uma Lengge tetap kami adakan untuk menarik wisatawan lokal maupun mancanegara, dalam festival juga menampilkan berbagai tarian tradisional suku Mbojo, yaitu Mpa'a Manca, Adu Kepala, Buja Kadanda, dan Kareku Kandei, serta setiap perempuan yang hadir menggunakan Rimpu, yaitu kerudung khas suku Mbojo,” pungkas Indra.

Hasil pantauan sangat disayangkan, Uma Lengge kurang perhatian dan partisipasi dari unsur pimpinan daerah sampai ke pemerintah pemerintah Desa dalam melestariakan asli wisata Uma Lengge, kita melihat seksama bahwa, Uma Lengge terus kita lestarikan demi ketahanan pangan, menjaga dan merawat asli budaya Bima, bukan hanya sekedar tempat wisata situs bersejarah, dan menjadi aicon suku Mbojo.

Penulis : Dian Ferdinawan

Editor : Surya Ghempar.

Sabtu, 11 Mei 2024

Masih Ingat Film Angling Dharma? Begini Kabar Para Pemainnya


Berita Film. Media Dinamika Global. Id.- Seperti dilansir dalam FB Movie Series Simak transformasi pemeran film Angling Dharma dulu dan sekarang. Setelah 20 tahun berlalu, penampilan para aktor dan aktris disebut tidak mengalami perubahan yang sangat drastis.

Di awal tahun 2000-an, Angling Dharma sempat menjadi drama kolosal yang begitu digandrungi. Drama ini menyuguhkan cerita tentang perpecahan di Kerajaan Malwapati saat dipimpin oleh Prabu Angling Dharma yang sangat bijaksana dan sakti mandraguna.

Saking populernya, drama ini kembali dibuat (remake) pada tahun 2021 dan ditayangkan di platform digital. Meskipun demikian, penggemar Angling Dharma (2000-2005) tentu masih ingat betul dengan para pemainnya.

Adapun transformasi pemeran film Angling Dharma dulu dan sekarang adalah sebagai berikut

Anto Wijaya

Anto Wijaya merupakan aktor yang memulai kariernya di dunia hiburan dengan menjadi seorang model. Namanya semakin melejit ketika menjadi pemeran utama drama kolosal Angling Dharma.

Namun kini Anton Wijaya sudah jarang tampil di layar kaca. Melansir dari akun Instagramnya, ia diketahui kembali ke kota kelahirannya di Surabaya dan tengah menggeluti bisnis properti.

Candy Satrio

Dalam serial drama Angling Dharma, Candy Satrio berperan sebagai Patih Batik Madrim. Meskipun kini sudah tidak lagi muda, tetapi ketampanan pria 52 tahun ini seolah masih terlihat jelas.

Sama seperti sang aktor utama, Candy Satrio juga sudah tidak pernah muncul di layar kaca. Ia diketahui menetap di Bali dan menggeluti bisnis travel.

Rahma Azhari

Adik Ayu Azhari ini juga ambil bagian dalam drama Angling Dharma. Ia memerankan tokoh Galuh Parwati yang merupakan kekasih dari tokoh Suliwa. 

Kini, Rahma Azhari menetap di Los Angeles, Amerika Serikat bersama dengan suami bulenya. Melansir akun Instagram pribadinya, wanita 40 tahun ini terlihat banyak disibukkan dengan aktivitas mengasuh buah hatinya.

Jill Carissa

Jill Carissa muda dipercaya memerankan tokoh Dewi Sekar Wangi yang merupakan permaisuri dari Prabu Angling Dharma. Kecantikan dan kepiawaian dalam berakting yang dimiliki membuatnya begitu diidolakan saat itu.

Kini, Jill Carissa memilih untuk menetap di Australia bersama suami bulenya. Ia juga diketahui telah memiliki anak perempuan bernama Maddie.

Roy Jordy

Tokoh Suliwa dalam serial Angling Dharma digambarkan sebagai seorang pendekar kebajikan yang kerap membela kebenaran. Tokoh ini diperankan oleh seorang aktor tampan bernama Roy Jordy.

Saat ini, sang aktor memang sudah tidak pernah terlihat di layar kaca. Ia lebih banyak disibukkan menjadi DJ dan berbisnis di Bandung, Jawa Barat.(MDG024)

Sabtu, 30 September 2023

Sang Juara Umum “IPMS-Sape” Tampil Luar Biasa di Pegalaran Seni Budaya Mbojo


Mataram, Media Dinamika Global.Id._ Malam ini, akustik Ikatan Pelajar Mahasiswa Sape Mataram (IPMS-Mataram) tampil luar biasa malam ini di pegalaran Seni Budaya Mbojo yang diselengggarakan Ikatan Mahasiswa Kota Bima Mataram (IMKOBI). Pegalaran ini berlangsung di Loang Balok kota Mataram-NTB. Minggu, 1 Oktober 2023.

Penampilan akustik IMPMS ini mampu menunjukkan penampilan terbaik hingga mendapatkan dukungan luar biasa dari para penonton dengan soroakan yang kencang dan semangat luar biasa serta tepuk tangan dari para penonton.


Akustik IMPS tampil dengan dua lagu terbaik yaitu lagu pertama dengan judul “Lawata” dan lagu kedua “Tembe Nggoli Ra Muna”.


IPMS meruapakan juara sang juara bertahan, di tahun lalu IPMS juara 1  Umum mendapatkan piala bergilir.


Vokalis akustik “Ade Saputra” dan 5 (Lima) Kawan-kawannya yaitu “Saiful, Andri, Wawan, Paman, Mira, dan Angga”.


Vokalis, Ade Saputra menyampaikan, terimakasih kepada seluruh para penonton yang hadir menyaksikan penampilan IPMS pada malam ini.


“Dan juga sudah memberikan dukungan penuh,” ucap Ade Saputra saat diwawancara awak media ini usai tampil.


Lanjutnya, kami terus memberikan penampilan terbaik dalam lomba seni budaya Mbojo ini.


“Ia, insya Allah kami tetap mempertahankan juara umum dan semoga piala juara umum tatap kami pegang.


Sementara, Pembina Rusdin mengatakan, alhamdulilah malam ini IPMS tampil luar biasa hingga para penonton sangat terhibur dan mendapatkan apresiasi dan dukungan.


“Kami bangga IPMS mampu menujukan kemampuan terbaiknya, tentu ini semua adalah dukungan semua pihak terutama Kecamatan Sape,” ungkapan Rusdin.


Rusdin berharap kepada adik-adik IPMS tetap solid, kompak, dan menjunjung tinggi nilai kebersamaan, pasalnya lomba ini membawa nama baik kita Sape pada umumnya lebih khusus pelajar dan mahasiswa Sape yang ada di Mataram.


“Semoga IPMS mampu mempertahankan juara umum, kalau kali ini mampu meraih lagi juara berarti dua kali juara umum,” harapannya.


Penampilan IPMS adalah penampilan terakhir sekaligus penutupan untuk malam ini.


Usai penampilan IPMS, lanjut seksi foto bersama.


Penampilan IPMS dihadiri langsung oleh Pembina, Rusdin serta jajaran lain, Ketua IMPMS dan jajaran.


(Surya Gempar).



Kamis, 06 Juli 2023

Tingkatkan Budaya Gotong Royong, Kades Bersama Warga Lakukan Perbaikan Jalan Tani


Kabupaten Bima, Media Dinamika Global.Id.__ Belum setahun menjabat Kepala Desa Ndano Muhammad Sidik bersama warganya melakukan gotong royong perbaikan jalan tani so doro Ngonco, bertempat di wilayah Desa Madawau, kecamatan Madapangga, Kabupaten Bima.

Kerja nyata Kades Ndano tingkat budaya gotong royong demi kesejahteraan warganya.

Kepala Desa Ndano, Muhammad Sidik mengatakan, har ini saya bersama warga memperbaiki jalan tani secara swadaya diperuntukkan untuk masyarakat.

Jalan tani merupakan kebutuhan yang urgen bagi masyarakat tani untuk mengakses jalan menuju kebun dan hasil pertanian masyarakat.

"Ia, kalau bahan atau terial perbaikan jalan dari pemdes, masyarakat swadaya tenaga membantu memperbaiki jalan tersebu," ujar Muhammad Sidik disapa akrab Bang Idik saat dikonfirmasi melalui Via WhatsAppnya. Kamis, 6/7/2023.

Pintu masuk jalan tani bertempat di desa Madawau, so doro Ngonco di Desa Ndano, cuman pintu masuk sampai beberapa kedepan wilayah Madawau, selebihnya wilayah ndano sendiri.

"Dengan adanya perbaikan jalan tani, warga bisa mempercepat akse keluar masuk ke kebun," Jelas Kades.

Kades berharap kepada warga, gotong royong kita terus tingkatkan, kebersamaan seperti juga selalu kita budayakan.

"Suatu pekerjaan kalau kita rame-rame memikulnya pasti akan cepat diselesaikan," harapan Bang Idik.

Gotong Royong tidak hanya pada perkerjaan perbaikan jalan tani saja, namun kegiatan sosial lain pun kita gotong royong juga.

"Mari kita sama-sama membangun desa ini menuju Desa maju, mandiri, dan sejahtera," pungkasnya.

(Surya Gempar).

Kamis, 22 Juni 2023

Budaya Tarian Masyarakat Mbojo Dan Tradisi Wura Bongi Monca


Kota Bima, Media Dinamika Global.id.- Tampilan pentas seni yang memukau dari Kota Bima menghipnotis ribuan penonton yang memadati Arena Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) di Pasuruan Jawa Timur, Kamis malam 22 Juni 2023.

Penampilan kompilasi Tari Wura Bongi Monca, Lenggo Kreasi, dan Rimpu Mantika yang menggambarkan budaya dan tradisi masyarakat Mbojo (Bima) mencuri perhatian, karena pertunjukan dimaksud menggabungkan keindahan estetika, kreativitas, dan kepiawaian para seniman lokal.

Dari arena APEKSI Pasuruan, Kepala Dinas Pariwisata Kota Bima M Natsir menjelaskan, Tari Wura Bongi Monca merupakan tarian selamat datang atau penyambutan tamu. Tarian ini dilakukan secara berkelompok oleh penari wanita dengan gerakan lemah lembut, sambil menebarkan beras kuning sebagai simbol penghormatan dan pengharapan.

Kemudian Tari Lenggo Kreasi sambungnya, terinspirasi dari Lenggo Siwe dimana penari nya adalah Sampela Siwe (Gadis). Sebab diberi nama Lenggo Siwe karena gerakan tari ini lambat dan halus.

“Seperti lenggak lenggok pohon yang dihembus angin sepoi-sepoi, maka di namakan Mpa’a Lenggo. Lenggo berasal dari kata lenggok,” jelasnya.

Sementara Tari Rimpu Mantika, terinspirasi dari Budaya Rimpu. Rimpu biasanya hanya diperuntukkan bagi perempuan saja.

Rimpu ada dua macam yaitu rimpu cili dan Rimpu Colo. Rimpu Cili yang memperlihatkan bagian mata saja, menandakan perempuan tersebut belum menikah. Lalu Rimpu Colo yang memperlihatkan seluruh wajah yang berarti sudah menikah.

Cara memakai yaitu dengan cara satu kain dililitkan di perut, hingga menutupi tubuh bagian bawah disebut Sanggentu. Satu sarung untuk bagian kepala menjulur hingga ke perut yang dikenal dengan sebutan Rimpu.

“Rimpu merupakan pakaian wanita Bima ketika beraktifitas di luar rumah,” paparnya.

Walikota Bima bersama jajaran Pemkot Bima yang juga menonton tampilan pentas spektakuler ini mengaku sangat bangga, apalagi melihat para penonton yang terpesona oleh koreografi yang anggun dan harmonis. Tarian dengan cerita yang kaya akan nilai-nilai budaya berhasil membangkitkan emosi penonton dan menggambarkan kehidupan masyarakat Bima dengan begitu elegan dan syarat nilai.

Tidak hanya itu, penggunaan efek cahaya yang menakjubkan juga turut memperkuat kesan visual dalam pertunjukan. Cahaya yang indah dan berbagai proyeksi yang menarik ditampilkan.

Natsir menambahkan, tarian dilakukan dengan durasi sekitar tujuh menit dan diakui bahwa tampilan ini adalah ekspose atas kualitas dan nilai budaya Bima yang begitu luar biasa dan berharap tampilan ini menjadikan masyarakat nasional kemudian ingat bahwa Kota Bima identik dengan “pesona rimpu ma ntika”(SekjendMDG).