Media Dinamika Global: Opini
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan

Minggu, 15 Desember 2024

Lawan Tantangan Zaman, Mujihat Nuryakin : Pemerintah Pusat Perhatikan Internet di Pelosok Menyongsong Indonesia Emas

Foto: Mujihat Nuryakin Aktivis NTB.

Opini 

Mataram-NTB, Media Dinamika Global.Id - Ketika Indonesia menatap visi besar Indonesia Emas 2045, pertanyaan mendasar yang harus kita jawab bersama adalah: sudahkah pembangunan kita merata hingga ke pelosok negeri? Dalam dunia yang semakin terhubung, akses internet bukan lagi kemewahan, melainkan kebutuhan esensial. Namun, kenyataannya, hingga hari ini banyak daerah pelosok, termasuk di Kabupaten Bima, masih tertinggal dalam akses teknologi digital.  

Sebagai pemuda yang lahir dan besar di Kabupaten Bima, saya melihat secara langsung bagaimana keterbatasan akses internet menjadi penghambat kemajuan masyarakat. Siswa di sekolah-sekolah pelosok kesulitan mengakses bahan belajar daring. Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal tidak mampu menjangkau pasar yang lebih luas melalui e-commerce. Bahkan pelayanan publik berbasis teknologi digital sulit berjalan optimal.

Pemerintah pusat perlu segera mengambil langkah nyata untuk mengatasi kesenjangan digital ini. Akses internet yang merata bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga soal keadilan dan pemberdayaan. Jika kita terus membiarkan ketimpangan ini, maka kita tidak hanya memperlambat laju pembangunan, tetapi juga menutup peluang bagi anak-anak muda di daerah terpencil untuk berkontribusi pada kemajuan bangsa.  

Mengapa Akses Internet di Pelosok Itu Penting?  

Di era digital, internet membuka peluang tak terbatas. Pendidikan, misalnya, tidak lagi terkurung dalam ruang kelas. Dengan internet, siswa dapat belajar dari platform seperti Rumah Belajar atau mengikuti kursus internasional secara daring. Namun, anak-anak di pelosok tidak punya kesempatan itu karena keterbatasan jaringan.  

Dalam sektor ekonomi, UMKM yang terhubung dengan internet mampu meningkatkan pendapatan hingga 30%. Sayangnya, tanpa internet, pelaku usaha di pelosok hanya bisa mengandalkan pasar lokal yang terbatas. Begitu pula dengan pelayanan publik. Program seperti telemedicine, yang sangat bermanfaat bagi masyarakat di daerah terpencil, tidak dapat berjalan optimal tanpa konektivitas digital.  

Langkah Konkret yang Harus Dilakukan

1. Prioritaskan Pembangunan Infrastruktur Digital Pemerintah perlu menggandeng sektor swasta untuk mempercepat pembangunan menara BTS di daerah pelosok. Tidak hanya itu, perlu ada alokasi anggaran yang signifikan untuk menyediakan jaringan internet di daerah tertinggal.

2. Dorong Literasi Digital Akses internet tanpa kemampuan untuk memanfaatkannya tidak akan membawa perubahan berarti. Pemerintah perlu menyelenggarakan pelatihan literasi digital, terutama bagi generasi muda, agar mereka dapat memanfaatkan internet secara produktif.

3. Berikan Insentif untuk Penyedia Layanan untuk mendorong penyedia layanan internet memperluas jangkauan ke daerah pelosok, pemerintah dapat memberikan insentif berupa subsidi atau kemudahan regulasi.

Menyongsong Indonesia Emas 2045 Akses internet yang merata adalah jembatan menuju Indonesia Emas 2045. Jika kita ingin menjadi bangsa yang maju dan berdaya saing, kita harus memastikan tidak ada satu pun daerah yang tertinggal. Pemuda di pelosok harus diberi kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi.

Saya menyerukan kepada pemerintah pusat untuk menjadikan percepatan akses internet di pelosok sebagai prioritas nasional. Saatnya kita bergerak bersama, melawan tantangan zaman, dan membangun Indonesia yang inklusif. Karena visi besar Indonesia Emas tidak akan terwujud jika ada anak bangsa yang tertinggal.

Penulis : Mujihat Nuryakin

Sabtu, 14 Desember 2024

Dampak Jual Beli Jabatan Akan Jadi Penghabat Pembangunan NTB

Foto : Yogi Setiawan Aktivis Tata Kota.

Opini

Mataram-NTB, Media Dinamika Global.Id - Momentum pesta demokrasi yakni Pilkada Gubernur, Walikota, dan Bupati seret tahun 2024 di NTB sudah selesai dimana masyarakat NTB sudah memberikan Hak pilih atau pencoblosan kepada para Paslon Pilkada.

Dengan usainya mencoblos, jangan sampai ada (Jual Beli Jabatan) di tubuh birokrasi NTB sehingga mempolitisasi rencana kerja pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah di NTB. Jika terjadi politisasi maka berakibat fatal memperhambat pertumbuhan dan kemajuan Daerah. Jangan mengabaikan agenda prioritas demi kembalikan kepetingan sebagai ongkos politik sehingga segala pembangunan terbengkalai dan menghanguskan uang negara secara kelompok saja. Kehabisan ongkos politik sebagai Kos kampanye itu resiko bagi semua kompetitor yang bertarung di pentas Politik apapun.

Kita ingin memastikan perumusan Rencana Pembangunan Jangka Menengan Daerah (RPJMD) baru, harus benar-benar serius dengan melihat dan menggali potensi yang dimiliki oleh daerah untuk dikembangkan dan dipemberdayakan dalam mendongkrak trobosan NTB mendunia.


Perumusan RPJMD provinsi NTB harus membaca sesuai kebutuhan daerah tidak semerta merta hanya dijadikan sebagai sebuah dokumen mentah yang tidak pernah direalisasikan dalam menjalankan sistem kepemerintahan  Gubernur dan wakil Gubernur terpilih Iqbal Dinda yaitu NTB mendunia.

NTB sudah punya Event Internasional (MX GP dan Motor-GP) dalam menghadirkan para wisatawan mancanegara untuk hadir dan berkunjung di NTB menyaksikan secara langsung keindahan pulau Seribu Mesjid dengan kekayaan alam, budaya dan kearifan lokal.

Gunung Rinjani, Gunung Tambora, Gili Trawangan, Gili meno, Gili air dan Mandalika semuanya merupakan Variasi keindahan Wisata Alam yang dimiliki oleh NTB, lalu mendunia dalam sektor apa yang di cita-cita oleh Iqbal Dinda?.

Sedangkan NTB memiliki kandungan sumberdaya kekayaan Bumi (PT. Pertambangan) yang sudah beroperasi lama dalam sektor Perindustrian seperti mineral logam, emas, tembaga, perak titanium berpotensi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam membantu meningkatkan Ekonomi masyarakat Provinsi NTB.

Masyarakat NTB 45% merupakan mayoritas petani sedangkan 35% mayoritas nelayan sisanya 20% adalah peternak, Gubernur terpilih harus cakap dalam mengkaji segala kebutuhan yang diperlukan daerah dengan trobosan harus dobrak ketahanan (swasembada pangan) menuju NTB yang mendunia dari segala sisi.

Penulis : Bung Obeng

Jumat, 13 Desember 2024

Kiat Cepat Studi Doktor, Ala Dr. Sudarsono, S.Pd.,M.Pd Dosen UNSUWA Bima

Foto : Dr. Sudarsono, S.Pd.,M.Pd Dosen UNSUWA Bima.


Bima-NTB, Media Dinamika Global.Id - Akademisi Universitas Negeri Bima Mbojo (UNBO) memiliki jenjang studi doktor, bukanlah perkara yang mudah untuk diraih. Butuh kesungguhan dan keseriusan dalam menggapainya. Pengorbanan waktu tenaga, pikiran dan materi juga diperlukan dalam meraih gelar doktor. Hanya sedikit orang yang dapat menyelesaikannya dengan mulus alias cepat. Idealnya menempuh pendidikan doktor di butuhkan waktu 3,5 tahun. Kebanyakan yang menempuh studi doktor adalah mereka yang sudah bekerja, bahkan berada pada posisi yang paling aman di tempatnya bekerja, sudah berkeluarga, meninggalkan keluarga, jauh dari kampung halaman, belum lagi pekerjaan di tinggal bagi dosen yang melaksanakan tugas belajar menempuh studi doktor. Di samping tentang akademik, tantangan non akademik tidak kalah sulitnya. Di saat orang lain bersama keluarganya senda gurua namun bagi mereka yang menempuh studi doktor bagi yang sudah berkeluarga harus rela meninggal anak istri untuk menuntut ilmu.

Studi doktor merupakan studi lanjut setelah kita telah menempuh studi magister, oleh karena itu yang melanjutkan studi doktor adalah mereka yang sudah bekerja, ada yang dari birokrasi, politisi (anggota DPR), praktisi, apalagi akademi alias dosen wajib hukumnya untuk menempuh studi doktor dalam mengembangkan karir dan membangun kompetensinya. 

Tidak jarang mereka yang studi doktor baru mampu menyelesaikan studi umumnya 4 sampai 7 tahun, dan jika lewat dari waktu tersebut akan drop out (DO). Secara umum mereka yang studi doktor kebanyakan baru mampu menyelesaikan studi 5 sampai 7 tahun. Hanya sedikit orang yang dapat menyelesaikan studi doktor dalam waktu 3 sampai 4 tahun. Persyaratan yang cukup menyita waktu bahwa jika ingin lulus harus memiliki jurnal internasional scopus di samping persyaratan administrasi lainya yang dipersyaratkan agar dapat mengikuti tahap demi tahapan ujian. Ada 5 tahap bahkan sampai sembilan tahap ujian baru dapat melewati proses studi doktor. Di Salah satu kampus di jawa timur ada yang 9 tahap ujian bahkan di salah satu Fakultasnya ada yang 12 tahap ujian tergantung kebijakan kampus masing – masing.

Adalah Doktor Sudarsono, putra Bima Dosen Universitas Nggusuwaru (UNSUWA) yang sukses dapat menyelesaikan studi doktor dalam waktu 3 tahun 3 Bulan. Hal itu dilewatinya dengan penuh ketekunan dan disiplin yang tinggi. Persiapan yang matang dan semangatnya yang tinggi menjadi motivasi yang kuat menyelesaikan studi doktor dalam waktu yang relatif cepat. Pada saat menyelesaikan teori yang berlangsung 2 semester, Doktor Sudarsono di akhir semester 2 telah menyiapkan proposal penelitian sebagai usulan penelitian. Tidak menunggu waktu lama proposal tersebut disetujui oleh Kaprodi pasca sarjana Universitas Negeri Semarang kampus tempatnya studi menjadi rancangan penelitian. Di akhir penelitian berlangsung Doktor Sudarsono telah merampungkan artikel jurnal untuk di publish pada salah satu jurnal Internasional yang menjadi pilihannya untuk publikasi.

Proses ujian tahap demi tahap dirawatnya dengan penuh kesabaran, belum lagi memperbaiki revisi dari dosen penguji dari disertasi yang sudah di susun. Tidak ada strategi yang berlebihan, namun kita harus selalu disiplin, konsisten, semangat dan ikhtiar terhadap segala kesulitan yang dihadapi. Dan satu hal yang tidak bisa diabaikan yaitu doa kita, disamping doa orang tua yang selalu diharapkan pada setiap langkah yang dilalui. Itulah yang dilakukan oleh Doktor Sudarsono sampai pada akhirnya mampu menyelesaikan studi doktor relatif cepat.

Apa yang menjadi pengalaman sang doktor merupakan pengalaman yang mahal dapat kita dilakukan jika ingin melanjutkan studi pada jenjang tertinggi. Siapapun kita dan dari manapun kita punya hak yang sama untuk sukses meraih pendidikan doktor. Tidak harus memiliki orang tua yang kaya tajir melintir, namun sengat untuk terus belajar dan meraih mimpi itulah modal utamanya. Bagi siapapun yang ingin melanjutkan studi doktor kiat ala Doktor Sudarsono merupakan strategi jitu yang dapat dilakukan untuk sukses meraih doktor lebih cepat.

Kini Doktor Sudarsono kembali mengabdi di kampus tercinta UNSUWA, kemudian diberikan satu jabatan penting di kampus tersebut, disamping itu pengabdiannya di masyarakat ditunjukkan dengan berbagai aksi sosial dan kegiatanya mendukung proses pembangunan di daerah dengan keterlibatanya di berbagai organisasi sosial kemasyarakatan dan organisasi keagamaan bahan organisasi pendidikan yang ada di daerah. Harapan kedepan adalah bagaimana daerah dapat lebih baik membangun pendidikan yang bermutu bagi setiap putra – putri di daerah, selain itu ambisinya untuk meraih guru besar terus diupayakan dengan segala kemampuan dan usaha yang maksimal. Akhirnya apa yang dilakukan oleh Doktor Sudarsono bahwa usaha yang maksimal tidak akan menghianati hasil. Semoga suksesnya menjadi pelajaran dan inspirasi bagi setiap kita yang ingin melanjutkan studi doktor atau apapun untuk sukses.

Penulis : Bang Ady Ardyansah.

Rabu, 11 Desember 2024

Drs. H. Mustahid H. Kako,MM : Sejarah Baru Donggo Yang Luar Biasa


Opini. Media Dinamika Global. Id.- Salah satu Tokoh yang sangat disegani di Tanah Donggo Drs. H. Mustahid H. Kako,MM berpendapat bahwa Sejarah Baru bagi Masyarakat Donggo-Dompu Yang Luar Biasa. Sejarah baru Donggo, meski selama ini Donggo pernah dihina, disisikan dari kepentingan. Donggo bangkit dipublic sejak segala peristiwa perjuangan pembangunan, masuk di legislatif, eksekutif dan kini menjadi bupati orang pertama di Dompu (Bambang Firdaus). Kunci yang punya niat jadi cabup harus harus saling mendukung antara : 

• Tekad kuat 

• Pegang partai 

• Punya uang 

• Kolegan pemegang partai lain sebagai calon koalisi 

• Konsolidasi massa atau pemilih 

• Paling besar adalah tidak sombong, tidak sok bisa/pintar dll yang membuat orang lain berpaling kearah lain 

Lalu siapa Bambang Firdaus sebenarnya ?…Bambang Firdaus asal Mangge Asi Dompu berasal dari Mangge Asi Mbawa Donggo Bima yang berasal dari Mangge Asi So Sambi atau Rasa Ntoi So Sambi kampung pertama terletak di So Sambi Mpiri Lua kampung pertama Dou Donggo (belum ada sebutan Kala atau Donggo), sekarang wilayah hukum Desa O’o Donggo, Di kampung “Rasa Mangge Asi Ntoi So Sambi ” beberapa bukti sejarah ada, berupa pekuburan kuno, ada gong kuning konon gong ini adalah pasangan gong kuning dipakai oleh pejuang saat peristiwa Donggo 1972 silam, alat perang Tombak, keris, No dan Genda dll yang sudah disita oleh Militer 1972. 


Belasan Tahun silam saya masih aktif di Wartawan Lombok Post/Jawa Post Group/JPNN pernah menurunkan berita ihwal hubungan *Dou Donggo Di (Donggo Barat) dan Sumba, sumber sejarawan/Budayawan Bima Lalu Massir, H Abdullah Tayeb, Hilir Ismail dll, dengan Istana Mbojo secara singkat seperti dikutip dari Media Donggonews

Sebenarnya Donggo pertama yang mendiami lereng gunung “Doro Salunga atau Doro Leme tidak ada hubungan darah dengan dengan orang Istana dan Sumba, karena kedatangan Sultan pertama Lakai (Abdul Kahir), orang asli Bima telah lama menetap di Donggo Salunga, soal Asal usul moyang Dou Donggo Asli itu Wallahu alam bissawab namun cerita/dongeng rakyat menyatakan berasal dari Jin turun dari gunung Sorihasa sempat mendiami di Rasa KA Oe…..Wilayah Doro Poka, Doro Wani, Doro Wane belum terbentuk Ncuhi Kala. Mereka belum bisa bicara seperti kita sekarang ini, bahasa percakapan sehari-hari hanya…

Bahasa Oe….Oe … Oe….um…um….um… (Ya mungkin bahasa orang Papua kita perhatikan saat mereka perang kampung bahasa bersifat motivasi membakar semangat saat perang…. aaa…uuuu…hao… dst mereka yang tau artinya) dengan bahasa isyarat gerakan tangan, kebenarannya Wallahu Alam 


Bagaimana hubungan darah Istana, Sumba dengan Donggo, ? 

Manggempo Donggo/Jeneli Donggo adalah pejabat kiriman Istana ditugaskan untuk menjabat di Donggo, karena orang Donggo saat itu masih dibawah perintah Ncuhi ro Dewa yang ditaklukan oleh kesultanan Bima, meski tetap diakui sebagai mana’e KAI Rasa Kala (saat itu belum ada sebutan nama Donggo) 

Berawal dari Ina Ka’u Lamu anak kandung Sultan Bima yakni moyang dari Sultan Salahudin ayahnya Putera Kahir mengundang dan rapat seluruh gelarang se-Kesultanan Mbojo (belum ada sebutan Kabupaten Bima yakni gelarang Kala, gelarang Bolo, Sape dan Rasa Nae dan lupa nama keempat gelarang ini), rapat itu di putuskan Ina Ka’u Lamu atas tawaran gelarang Kala dibawa untuk mengasingkan diri ke Rasa Mangge Ntoi So Sambi. Dengan rute perjalanan dari Asi/ Istana keluar melalui Lare-Lare barat menuju Kolo mampir di temba Kolo Melayu, menyeberang Wadu Pa’a, menyisir pohon Peto Bura Wunta, (tanjakan Wadu Pa’a Utara), konon pohon Wunta Bura adalah jelmaan ludahnya Ina Ka’u Lamu (Wallahu Alam kebenaran) dari penyebab Ina Ka’u Lamu di Asingkan ke Rasa Ntoin Sambi. 

Beberapa dekade Ina Ka’u Lamu menetap bersama warga setempat Mangge Asi So Sambi, yang sedang itu hamil Anak pertama bernama “Waro Ncolo alias Waro Doro Nonu (pekuburannya ada di dibawah PLN Desa Oo Donggo) bersama Waro Bangge Jawe (Bangsa Jawa) ahli panggita/Tukang Kayu), curhat dengan Gelarang Kala rasa kangen ingin melihat kembali Istana Asi Mbojo, minimal memang jarak jauh dari Bata Lahila Kala 

Permintaan pun direspon oleh Ompu Kala dan dituntunlah Ina Ka’u Lamu ke Bata Lahila Kala,

Disanalah Ina Ka’u Lamu melihat Kota Bima, setelah itu kembali ke Mangge Asi Rasa Ntoi So Sambi.

Tidak lama kemudian dia melahirkan anak laki-laki bernama Ncolo Waro Doro Nonu tersebut.

Perpaduan darah Dou Donggo yang lama menetap di Donggo dengan Ina Ka’u Lamu dengan turunan Waro Doro Nonu atau Waro Ncolo, namun ada sumber di Donggo menyatakan bahwa Waro Doro Nonu bersaudara kandung dengan Waro Kese dan Waro Manggenae, meski Donggo ada hubungan darah dengan Istana, Donggo tidak ada panggilan status sosial Muma, Dae, Teta dll, melainkan panggilan Ina atau Ama, mungkin tidak dibiasakan atau mungkin ada penyebab lain, Wallahu Alam Bissawaw. 

Bagaimana hubungan Donggo dengan Sumba ?, ini hanya bersekala dengan Mbawa, warga Donggo saat itu menganut ajaran Dinamisme dan anamisme, tidak menganut Agama Kristen Katolik. Adanya sebagian warga Mbawa yang berasal dari Sumba Kok bisa, menurut sumber tersebut diatas bahwa ada pelarian warga Sumba ke Sumbawa besar saat perang dunia kedua mereka menggunakan sampan Dayun melewati teluk Bima dan jalan kaki melintasi pantai, kaki gunung Salunga, karena kebiasaan mereka bercocok tanam umbian dll serta menetap di lereng gunung Salunga/Doro Leme Donggo yakni wilayah Mbawa sekarang bagi warga Sumba yang tidak melanjutkan perjalanannya ke Sumbawa Besar. 

Mohon maaf, tulisan ini belum mengandung kebenaran asli perlu data pembanding, lembo Ade 

Penulis: Mantan Wartawan JPNN, Politisi, Pemred DONGGONEWS

Minggu, 08 Desember 2024

Sejumlah Tertarik Gen Z Pada Pemilihan Kepala Daerah 2024?

Foto : St. Murni Mahasiswa KPI UIN Mataram.

Opini 

Mataram, Media Dinamika Global.Id.

Sejumlah tertarik Generasi Z (Gen Z) yang terdiri dari individu berusia 18 hingga 26 tahun, memainkan peran penting dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Indonesia. Data menunjukkan bahwa Gen Z mencakup sekitar 25,69% dari total pemilih pada pemilu 2024, menjadikan mereka kelompok pemilih terbesar kedua setelah Milenial yang mencapai 33%. Jumlah pemilih muda yang signifikan ini menunjukkan potensi mereka untuk memengaruhi hasil pemilu, terutama di daerah perkotaan tempat Gen Z banyak terkonsentrasi.

Partisipasi politik Gen Z dalam Pilkada 2024 menunjukkan tren positif. Sebuah survei oleh Litbang Kompas 5 November 2024 mengungkapkan bahwa pemilih dari kalangan Gen Z dan Milenial cenderung mendukung pasangan calon tertentu, seperti Ridwan Kamil dan Suswono di Jakarta. Selain itu, di Kota Serang, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan target partisipasi pemilih sebesar 90% di kalangan Gen Z, mengingat mereka mencakup 30% dari Daftar Pemilih Tetap (DPT). Target ini menjadi tantangan sekaligus peluang untuk meningkatkan keterlibatan pemilih muda dalam demokrasi lokal.

Media sosial menjadi platform utama bagi Gen Z untuk mengakses informasi politik. Mereka aktif mengikuti pembaruan terkait pemilu melalui Instagram, TikTok, WhatsApp, dan Facebook. Aktivitas mereka di media sosial tidak hanya sebatas mengonsumsi informasi, tetapi juga menciptakan ruang untuk diskusi dan bertukar pendapat politik. Preferensi politik Gen Z sering kali dipengaruhi oleh konten viral, kampanye kreatif, dan pendekatan yang sesuai dengan gaya komunikasi mereka.

Namun, tantangan tetap ada dalam meningkatkan partisipasi politik Gen Z. Rendahnya literasi politik di kalangan pemilih muda menjadi perhatian utama. Banyak individu Gen Z yang masih kurang memahami proses demokrasi, sistem pemilu, atau peran penting pemerintah daerah. Oleh karena itu, edukasi politik yang efektif dan menarik melalui media yang akrab bagi Gen Z sangat diperlukan untuk mendorong partisipasi yang lebih substansial.

Selain itu, tingkat kepercayaan Gen Z terhadap institusi politik menjadi faktor penentu. Ketidakpuasan terhadap kinerja pemimpin daerah sebelumnya dapat memengaruhi antusiasme mereka terhadap pemilu. Namun, kehadiran calon yang menawarkan solusi konkret terhadap isu-isu lokal, seperti lapangan kerja, pendidikan, dan lingkungan, dapat meningkatkan minat Gen Z terhadap proses politik.

Secara keseluruhan, Gen Z menunjukkan minat dan keterlibatan yang signifikan dalam Pilkada 2024. Sebagai generasi yang aktif, kritis, dan melek teknologi, mereka memiliki potensi besar untuk membawa perubahan positif pada lanskap politik daerah di Indonesia. Partisipasi mereka dalam politik tidak hanya akan menentukan hasil pemilu tetapi juga membentuk arah pembangunan di masa depan.

Penulis : St. Murni Mahasiswa KPI UIN Mataram.

Minggu, 24 November 2024

Rekomendasi Cahyo : Yandi-Ros Angkat Bendera Putih

Foto : Cahyo Ketua DPC GMNI Kabupaten Bima

Opini
 

Kabupaten Bima-NTB, Media Dinamika Global.Id - Suksesi Kampanye Akbar Pasangan Calon Bupati Bima Nomor urut 1 Ady-Irfan (23/11) berjalan dengan riang gembira oleh karena arus bawah yang super semangat. Suasana ini menuai adanya super kepanikan dari kubu sebelah(Yandi-Ros).

Dasar dari terminologi "Riang Gembira" ialah di ukur dari bentuk semangat Swadaya rakyat arus bawah, yang menjadi satu peristiwa baru di sepanjang history pilkada Bima.

Jerih payah, upaya dan laksana Swadaya masyarakat adalah satu dari sekian banyaknya sinyal-sinyal positif kemenangan Ady-Irfan. Apalagi dengan tagline "Perubahan" radikal yang terus-menerus di kobarkan, di galakkan dan di propagandakan secara kolektif-masif, seperti keberanian pemuda dan bijaknya orang tua pada momentum mencapai Indonesia Merdeka.

Lah kok sampel analoginya Mencapai Indonesia Merdeka ? Sedangkan Indonesia sudah Merdeka loh, apa relevansinya ?. Yah saya jawab, sangat relevan, Bima ini selama 20 tahun secara de facto telah di jarah oleh satu keluarga plus kroni-kroninya. Secara de facto, "Kemerdekaan Indonesia" tapi saya sedikit mempersempit menjadi "Kemerdekaan Bima" ialah telah di injak-injak oleh satu keluarga yang memimpin Bima selama 20 Tahun terakhir ini, dalam hal ini selama kekuasaan di pegang oleh keluarga Indah Damayanti Putri (Bupati Bima 2014-2024).

Hari-hari ini dominan rakyat bima secara kebatinan telah otomatis over muak efek dari corak kepemimpinan 20 tahun terakhir ini. Rakyat bergerak sukarela bergandengan tangan dalam upaya membumihanguskan kekuasaan Populis otoritarian, dalam hal ini memperjuangankan Perubahan Tangan keluarga yang memegang kekuasaan, kasarnya Yandi-Ros versus Kambing-pun akan tetap kambing yang memenangkan permainan. Sebab judul dari amarah rakyat adalah yang penting perubahan, Yandi-Ros secara survey, pengamatan politik berbasis sosialisme dan secara People Power tetaplah Yandi-Ros Lost Badly.

Di H-2 Pilkada, rakyat memasifkan sorotan ke ASN dan Para Kepala Desa yang berupaya mengotori dan mempersekusi martabat demokrasi dengan corak gayanya bagi-bagi amplop. Awas, ini big warning ketegasan rakyat yang mau menjaga kewarasan dan kesucian demokrasi, sehingga momentum emas 5 tahun sekali ini bisa menjadi otoritas rakyat seutuhnya.

Penulis : Cahyo Ketua DPC GMNI Kabupaten Bima.